Merenung Sejenak Di Warung Lesehan
Merenung Sejenak Di Warung Lesehan - hidupku nyaris tak lepas dari lokasi satu ini " warung kopi " jujur saja di manapun berada kalau tak ada warung kopinya lingkungan terasa hampa mirip kuburan , dengan warung kita bisa ketemu tetangga di warung kita bisa senda gurau di warung kita bisa nongkrong untuk menghilangkan pengat karena kerja di warung kita bisa curhat dan di warung kita bisa merenung .
Secangkir kopi sebungkus rokok kalau kurang bisa pesan lagi masalah bayar bisa di atur karena kita marung di langganan , jurus mantab untuk melancarkan kegiatan nongkrong di warung , di manapun berada di sana ada saudara termasuk warung kopi .
Kisah sedikit terkait acara warung kopi yang saya alami , sekitar dua tahun lalu saya hidup di luar kota , jauh dari orang tua , teman dan saudara ikut sebuah keluarga yang kurang srek di hati saya , di sana hari hari hanya suntuk , ngerasa kebebasan di batasi dan di tekan peraturan yang tidak jelas kemana arah tujuanya , saya sudah coba mengerti dan memahami tapi setelah saya ambil kesimpulan ternyata memang prinsip hidupnya sudah tidak sesuai dengan apa yang saya yakini kebenaranya .
Saya paling tidak suka ketika mendengar orang yang berkisah tentang kesuksesanya, membanggakan miliknya karena menurutku itu sombong dan pamer dan itu dosa , siapa pelakunya di manapun tempatnya dan siapapun yang di sombonginya , masalah pertama masih bisa aku hadapi , aku pikir ah itu urusan mereka mungkin pengetahuan agamanya tentang bab sombong cuma segitu saja . Waktu berjalan tetap tak ada perubahan , keras hati keras kepala masih mendominasi seperti sudah tak punya nurani sampai hal hal yang menurutku sakral dan mahal mereka korbankan hanya untuk satu tujuan dan pengakuan , aku masih santai dan tak mau tahu dengan hal itu yang aku pikir hanya satu bagaimana aku tidak seperti itu dan aku bisa lepas dari keadaan yang mirip lingkaran setan ini .
Pagi aku ngopi pulang sore hari, sore aku ngopi pulang malam, syukurlah pemilik warung sabar , seperti mengerti masalahku tanpa perlu di ceritakan , sedikit demi sedikit aku bangun setrategi pribadi bagaimana mengambil hikmah dari kejadian ini , aku memang bukan seorang yang taat tapi mudah mudahan aku jadi manusi yang bermanfaat untuk orang banyak tanpa di manfaatkan .
Aku tak suka orang yang bercerita tentang kesuksesanya aku ganti dengan kisah keluh kesah orang susah .
Aku tak suka dengan orang yang menghitung hitung kekayaan , aku ganti dengan menawarkan bantuan sesuai kemapuan
Aku tak suka melihat orang yang membanggakan jabatan , profesi dengan segala atributnya , aku ganti dengan gaya hidup santai tanpa status sosial tapi tetap bermoral dan hidup cukup tanpa kekurangan dengan karya nyata.
Aku tak suka orang memamerkan pemimpinya, keluarganya, organisasinya ,aku ganti dengan gaya hidup bersahaja , bersuadara dengan siapa saja, ramah tamah di manapun aku berada , saudara adalah orang yang paling dekat di saat aku ada .
Dan masih banyak lagi hikmah hikmah yang aku dapati dari kisah merenung di warung lesehan selama kurang lebih dua tahun.
Kegiatan nongkrong di warung sampai sekarng masih berjalan , dan hati terasa senang .
Secangkir kopi sebungkus rokok kalau kurang bisa pesan lagi masalah bayar bisa di atur karena kita marung di langganan , jurus mantab untuk melancarkan kegiatan nongkrong di warung , di manapun berada di sana ada saudara termasuk warung kopi .
Kisah sedikit terkait acara warung kopi yang saya alami , sekitar dua tahun lalu saya hidup di luar kota , jauh dari orang tua , teman dan saudara ikut sebuah keluarga yang kurang srek di hati saya , di sana hari hari hanya suntuk , ngerasa kebebasan di batasi dan di tekan peraturan yang tidak jelas kemana arah tujuanya , saya sudah coba mengerti dan memahami tapi setelah saya ambil kesimpulan ternyata memang prinsip hidupnya sudah tidak sesuai dengan apa yang saya yakini kebenaranya .
Saya paling tidak suka ketika mendengar orang yang berkisah tentang kesuksesanya, membanggakan miliknya karena menurutku itu sombong dan pamer dan itu dosa , siapa pelakunya di manapun tempatnya dan siapapun yang di sombonginya , masalah pertama masih bisa aku hadapi , aku pikir ah itu urusan mereka mungkin pengetahuan agamanya tentang bab sombong cuma segitu saja . Waktu berjalan tetap tak ada perubahan , keras hati keras kepala masih mendominasi seperti sudah tak punya nurani sampai hal hal yang menurutku sakral dan mahal mereka korbankan hanya untuk satu tujuan dan pengakuan , aku masih santai dan tak mau tahu dengan hal itu yang aku pikir hanya satu bagaimana aku tidak seperti itu dan aku bisa lepas dari keadaan yang mirip lingkaran setan ini .
Pagi aku ngopi pulang sore hari, sore aku ngopi pulang malam, syukurlah pemilik warung sabar , seperti mengerti masalahku tanpa perlu di ceritakan , sedikit demi sedikit aku bangun setrategi pribadi bagaimana mengambil hikmah dari kejadian ini , aku memang bukan seorang yang taat tapi mudah mudahan aku jadi manusi yang bermanfaat untuk orang banyak tanpa di manfaatkan .
Aku tak suka orang yang bercerita tentang kesuksesanya aku ganti dengan kisah keluh kesah orang susah .
Aku tak suka dengan orang yang menghitung hitung kekayaan , aku ganti dengan menawarkan bantuan sesuai kemapuan
Aku tak suka melihat orang yang membanggakan jabatan , profesi dengan segala atributnya , aku ganti dengan gaya hidup santai tanpa status sosial tapi tetap bermoral dan hidup cukup tanpa kekurangan dengan karya nyata.
Aku tak suka orang memamerkan pemimpinya, keluarganya, organisasinya ,aku ganti dengan gaya hidup bersahaja , bersuadara dengan siapa saja, ramah tamah di manapun aku berada , saudara adalah orang yang paling dekat di saat aku ada .
Dan masih banyak lagi hikmah hikmah yang aku dapati dari kisah merenung di warung lesehan selama kurang lebih dua tahun.
Kegiatan nongkrong di warung sampai sekarng masih berjalan , dan hati terasa senang .
Renungan Warung Kopi |