TIPUDAYA PADA KALANGAN AHLI IBADAT DAN AHLI AMAL

TIPUDAYA PADA KALANGAN AHLI IBADAT DAN AHLI AMAL

Ahli ibadat dan ahli amal cukup banyak yang terpedaya, antara lain:
1. Kalangan yang terpedaya dalam shalatnya
2. Kalangan yang terpedaya dalam membaca al-qur’an
3. Kalangan yang terpedaya dalam hajinya
4. Kalangan yang terpedaya dalam perjuangannya
5. Kalangan yang terpedaya dalam zuhudnya.
Kalangan yang terpedaya dalam shalatnya
Diantara mereka ada yang mengabaikan ibadat fardhu dan sibuk dengan ibadat-ibadat sunnah. Ketika mereka menekuni sejarah berlebihan ibadat sunnah, mereka sampai keluar pada sikap ektrim. Bahkan seperti orang yang was-was dalam berwudhu’ dimana terlalu berlebihan dan sampai tidak rela dengan air yang telah dihukumi suci menurut syariat, menimbang-nimbang yang tidak najis menjadi najis. 

Tetapi ketika dihadapkan makanan haram ia mencari-cari yang dianggap bisa menghalalkan, bahkan mau memakan makanan yang benar-benar haram sekalipun. Seandainya dibalik sikap hati-hatinya terhadap air ini ditunjukkan pula pada makanan tentu lebih baik berdasarkan dalil sejarah sahabat r.a., ketika Umar bin Khattab berwudhu’ dengan air yang ada ditempat air orang Nasrani yang diragukan kesuciannya, sementara orang tersebut meninggalkan pintu-pintu halal karena khawatir terjerumus dalam keharaman.

Mereka sering terkena was-was dalam niat shalat di mana setan tidak pernah melepaskan gangguannya atas niat yang benar sehingga dirinya terganggu dan kehilangan jama’ah shalat. Sampai kemudian waktu shalatpun habis. Seandainya takbiratul ihram bisa dilakukan toh dihatinya penuh keraguan apakah sudah niat atua belum. Kadang-kadang setan membuat was-was dalam takbir sampai bisa merubah sifat-sifat takbir karena sangat hati-hatinya sementara bacaan al-Fatihah yang didengar berlalu. 

Semula terjadi diawal shalat, kemudian seluruh ibadat shalatnya terkena was-was. Hatinya tidak hadir dalam khusu’ dan terpedaya oleh was-wasnya. Ia tak tahu bahwa kehadiran kalbu dalam shalat merupakan kewajiban. Sedangkan iblis memperdayainya dan menghiasi dengan was-was tadi. Iblis berbisik kepadanya, “Was-wasmu itu berarti membedakanmu dengan ibadatnya orang awam, dirimu lebih baik disisi Tuhanmu”.

Mereka juga dibelenggu was-was dalam mengeluarkan suara al-Fatihah sesuai dengan makhrajnya, demikian pula seluruh zikirnya. Mereka selalu ekstra hati-hati dalam hal-hal tasdid dan terlalu berlebihan dalam membedakan huruf dhad dan tha’. Tak ada kepentingan lain selain sibuk dengan upaya-upaya seperti itu. Mereka tidak merenungkan rahasia dan makna-makna al-Fatihah. 

Mereka tidak tahu bahwa manusia tidak diberi tugas membaca al-Qur’an dengan mentahqiq makhraj hurufnya kecuali sekadar kebisaaan dalam berbicara sehari-hari. Tentu suatu tipudaya besar terjadi disini. Seperti mereka ini adalah orang membawa surat kepada raja dan diperintah untuk membacakan isinya dihadapan sanga raja. Lalu ia menunaikan dengan ucapan yang tereja dalam memfasih-fasihkan, diulang satu-persatu, pada saat yang sama ia lupa apa isi yang terkandung dalam surat tersebut hanya karena ingin menjaga kehormatan forum. Tentu ini tidak diragukan, bahwa ia mencari posisi politis dan perlu dihantarkan kerumah sakit gila dikategorikan sebagai orang yang hilang akal.

Di Kutib Dari :
Imam Ghazali
Kaidah-Kaidah Sufi
Keluar Dari Kemelut Tipu Daya

  1. Kalangan yang terpedaya dalam Dakwahnya - New !!
  2. Kalangan yang terpedaya dalam Tasawufnya - New !!
  3. Kalangan yang terpedaya dalam Umrohnya - New !!
  4. Kalangan yang terpedaya dalam Amaliyah Fisik - New !!
  5. Kalangan yang terpedaya dalam Hajinya - New !!
  6. Kalangan yang terpedaya dalam Ibadah Sunnahnya - New !!
  7. Kalangan yang terpedaya dalam membaca al-qur’an - New !!
  8. Kalangan yang terpedaya dalam puasanya - New !!
  9. TIPUDAYA PADA KALANGAN AHLI IBADAT DAN AHLI AMAL - New !!