ETIKA PENCARI HADITS
ETIKA PENCARI HADITS
Menulis hadits mashur dan tidak menulis hadits gharib, tidak menulis hadits-hadits munkar, harus menulis dari para perawi yang tsiqah. Popularitasnya dibidang hadits tidak sampai membuatnya merasa mampu mngalahkan teman sejawatnya.
Dalam rangka mencari hadits jangan sampai lalai kewajiban sehari-hari, menghindari sikap menggunjing orang lain,mendengarkan dengan penuh perhatin hadits yang disampaikan kepadanya, tidak banyak bicara dihadapan orang yang meyampaikan hadits padanya, cermat dan teliti dalam mengoreksi naskah (catatan) yang sedang diperbaiki, tidak mengatakan “ aku mendengar” padahal tidak mendengar.
Tidak menyebarluaskan hadits yang semata hanya untuk mencari kedudukan, hingga berani menulis hadits dari orang yang tidak tsiqah. Mendalami hadits dari ahli agama, tidak menulis hadits dari orang yang awam terhadap hadits meskipun dari kalangan saleh.
Di Kutib Dari :
Imam Ghazali
Kaidah-Kaidah Sufi
Keluar Dari Kemelut Tipu Daya
- ETIKA MELAKUKAN SHALAT ISTISQA’
- ETIKA SHALAT KHUSUF
- ETIKA BERHARI RAYA (‘ID)
- ETIKA SEORANG KHATIB
- ETIKA SHALAT JUM’AT
- ETIKA BERDOA
- ETIKA QIRA’AT
- ETIKA SHALAT
- ETIKA IMAM
- ETIKA ADZAN
- ETIKA BERI’TIKAF
- ETIKA MASUK MASJID
- ETIKA BERWUDHU
- ETIKA DI KAMAR MANDI
- ETIKA KE WC
- ETIKA SHALAT TAHAJUD
- ETIKA TIDUR
- ETIKA ORANG MULIA
- ETIKA SEORANG SUFI
- ETIKA ‘UZLAH
- ETIKA ORANG YANG MENGKHUSUSKAN DIRI
- ETIKA PENDENGAR
- ETIKA SEORANG PENASEHAT
- ETIKA SEORANG SEKRETARIS
- ETIKA PENCARI HADITS