ETIKA PENYAMPAI HADITS
ETIKA PENYAMPAI HADITS
Pengajar hadits bertujuan untuk menyampaikan secara benar dan jujur, menjauhi dusta, menyampaikan hadits mashur, meriwayatkan dari orang-orang tsiqah, harus meninggalkan hadits-hadits munkar, tidak menyebutkan yang berlaku dikalangan orang salaf, harus mengenal waktu, harus menjaga diri agar tidak melakukan kesalahan, mencegah diri dari senda gurau, harus memperkecil prosentase memberontak, harus mensyukuri nikmat sebab dirinya berada dalam wilayah Nabi Muhammad SAW, slalu tawdhu’, sebagian besar hadits yang disampaikan adalah hadits yang bermanfaat secara langsung kepada umat Islam. Sperti masalah dan pengertian-pengertian yang ada dalam kitab Allah.
Jangan mengarahkan ilmu mereka untuk kepentingan para menteri dan jangan pula mndatangi rumah para penguasa, sebab sikap demikian itu akan menghinakan para Ulama dan pancaran Ilmu mereka akan sirna, manakala mereka bawa kepada para penguasa dan orang-orang yang berada dikalangan mereka. Tidak menyampaikan hadits yang tidak diketahui sumber aslinya. Tidak mengajarkan hadits yang tidak dilihatnya sendiri dalam kit5ab hadits, saat mengjarkan hadits tidak disertai cakap-cakap, dan selalu waspada untuk mencampuradukkan hadits satu dengan hadits lain.
Di Kutib Dari :
Imam Ghazali
Kaidah-Kaidah Sufi
Keluar Dari Kemelut Tipu Daya
- ETIKA MELAKUKAN SHALAT ISTISQA’
- ETIKA SHALAT KHUSUF
- ETIKA BERHARI RAYA (‘ID)
- ETIKA SEORANG KHATIB
- ETIKA SHALAT JUM’AT
- ETIKA BERDOA
- ETIKA QIRA’AT
- ETIKA SHALAT
- ETIKA IMAM
- ETIKA ADZAN
- ETIKA BERI’TIKAF
- ETIKA MASUK MASJID
- ETIKA BERWUDHU
- ETIKA DI KAMAR MANDI
- ETIKA KE WC
- ETIKA SHALAT TAHAJUD
- ETIKA TIDUR
- ETIKA ORANG MULIA
- ETIKA SEORANG SUFI
- ETIKA ‘UZLAH
- ETIKA ORANG YANG MENGKHUSUSKAN DIRI
- ETIKA PENDENGAR
- ETIKA SEORANG PENASEHAT
- ETIKA SEORANG SEKRETARIS
- ETIKA PENCARI HADITS